Bismillah.
Dalam postingan-postinganku, akan kalian temui
di mana aku memakai ‘aku’ seperti saat ini, juga ‘saya’ dalam postingan sebelum
ini. Tidak konsisten. Iya memang. Aku mengikuti suasana hatiku. :D
Liburan semester satu ku kemaren, aku memutuskan
untuk tidak pulang ke Palu. Padahal liburnya dua minggu lebih. Hiks, sabar
yuni. Pertimbangan uang tiket pesawat Surabaya-Palu yang meluuooonjak karena
berpapasan dengan libur panjang akhir tahun. Juga karena baru lima bulan aku
tinggalkan Palu, belum terlalu lama. Belum dramatis untuk pulang melepas rindu
dengan ayah bunda *tsaaaahh. Mending kutabung uangku juga rinduku.
Dan untungnya dari dua puluh mahasiswa di
kelasku, ada dua mahasiswi memilih hal yang sama denganku. Firda – anak Lombok,
Ain- Anak Padang, dan belakangan aku tahu kalau Wiren- Anak Lombok (juga) stay
di Malang tak pulang kampuang.
Firda dan aku punya rencana untuk Mbolang selama masa
penantian masuk kuliah lagi. Untuk hal jalan-jalan kita hampir sama, tapi
sepertinya kadar ‘hobi jalan’ ku sedikit di atasnya. Ain diajak, dan dia mau. Yes! Kita pergi bertiga ! Tujuan kami adalah Kebun Raya Purwodadi.
dok.pribadi
Kebun raya Purwodadi. Lokasinya di Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia. Kebun penelitian besar yang juga jadi tempat wisata ini luasnya kurang lebih 85 hektar dan punya 10.000 jenis pohon dan tumbuhan. Kenapa di sini? Sebenarnya kami mau ke pantai,
tapi Pantai-pantai di Malang, Jauhhh ciinn. Transportasi umum kesana juga
susah. Mau ke Jogja, Bandung, Bogor, Jakarta, Si Firda lagi nabung demi
sesuatu. Gak seru kan ya sendirian dan Gak mungkin juga saya pergi sendiri.
Suami istri nun jauh di Palu sana tak akan memberikan ijin anaknya alone
mbolang too far. Ya sudah. Pilihan jatuh
ke Kebun Raya Purwodadi ini. Setidaknya di luar Malang lah ya. Gimana mo jadi
traveler iniihh??
Waktu itu Kamis, Kita janjian di jalan depan kos-anku, jam tujuh dan
akhirnya ngaret satu jam. Jadi jalurnya adalah, kita ke terminal Arjosari dulu
(naek angkot). Dari terminal naek bus ke Surabaya, karena Kebun Raya ini
lokasinya di jalan poros Malang-Surabaya.
Baru sekali itu aku naek angkot dari kos-an ke terminal
Arjosari, jauuuh ciiin :D. Sepuluh-lima belas menitan sepertinya. Sampai di
Arjosari, kami disambut kernet-kernet dan para lelaki-lelaki yang ‘menarik’
penumpang dengan teriakan-teriakannya yang tak mau kalah satu sama lain.
“ Pak, ke Kebun Raya Purwodadi berapa?” tanyaku
ke seorang yang paling dekat dengan tempatku. Setelah kami bertiga hanya
senyum-senyum bingung.
“ Dua puluh lima ribu mbak ” jawabnya
langsung.
Aaaapeee
Lu Kateeee Paaaaakk?? Sambil pake mata
melotot. Ke Surabaya aja gak nyampe segitu. Aku protes sewoot, dalam hati pasti!
Hihihii. Kalo aku ngomong di luar hati,
kayanya langsung dinaikkin ke atas atap bus deh.
“ Kemahalan Pak! Masa’ segitu?” Kami
bertiga protes.
Bapak
itu balik nanya ke temannya. “ Lima
belas ribu deh mbak!”
Kami setuju. Naek ke bus. Dan bismillah. Duduk di bus,
foto-foto dulu bertiga. Ganti DP BB. Teman di Bengkulu nanya kemana. Aku bilang
ke Jogja. Dia percaya. Bwahahaha.
Nah, ada satu kejadian lucu di bus. Sepuluh
menit-an jalan, ada mas-mas dalam bus bagi-bagiin stiker Arema. Satu. Dua.
Dibagiin Cuma-Cuma. Aku yang duduk berdua sama Firda seneng. Lumayan lah.
Gratisan. Buat kenang-kenangan. Eh pas udah mo nyimpan tu stiker ke dompet si
Mas baik tadi itu balik dari belakang bus (kami duduk di baris depan) sambil
cuap-cuap ada ‘ikhlas-ikhlasnya’ gitu plus bawa gelas air mineral kosong.
Tuuinngg-tuuuinggg. Ternyata kagak gratisss ma meeeeenn !! hahahahaa. Aku bayar
aja seribu. Tau gitu tadi mintanya empat. Kan bayarnya ikhlas-ly.
Akhirnya gak nyampe setengah jam, bus udah
dekat Kebun Raya. Bayangin ya, aku sempat ketiduran.
“ Mbak-mbak, bangun. Kebun Raya, Kebun
Raya” Kata kernetnya.
Aku
bangun dengan kesadaran yang 100 % tapi kondisi penyesuaian yang masih 80 %.
Udah bangun cepat-cepat, berdiri dari kursi jalan sempoyongan ke pintu belakang
bus. Eeeh, masih ada tiga menit-an berdiri kaya kernet , baru nyampe bus nya di
depan gerbang Kebun Raya Purwodadi. Kampr*t.
“ Thank you, mas ! “ Aku turun cepat dan
yeaah Gerbang besar di depan mata !
Pas masuk ke dalam , beli karcis dulu. Only enam ribu
rupiah per orang dewasa. Waahh hijau di mana-mana. Kami memilih jalan kaki.
Daripada naik kereta-keretaan. Dan belakangan kami tahu, kalau ada penyewaan
sepeda. Hadewh.
Kembalilah ke alam, dan akan kau dapati
nyaman. Oh iya, sebelum ke sini, aku
sempat bertanya tentang kebun raya ini via bbm ke temanku yang asli Pasuruan.
Katanya, “ Nanti kalo udah nyampe di sana, banyak-banyak istighfar ya!”
“ Lah, memangnya ada apa, mas?” tanyaku bingung.
“ Banyak yang pacaran. Duduk dekat2an.
Hahahahaha” jawabnya.
Ingin ku balas, ya iyalah kalo jauh-jauhan itu namanya
lagi ujian finalnya Pak Ali Sauqah.
Dan yah, memang iya! Sepanjang jalan gak
pernah gak kami dapati pasangan-pasangan yang berdua-duaan di gazebo2 kecil,
tapi untungnya masih dalam ambang batas normal dan wajar tapi bikin risih juga
sih. #jomblo #jomblo
Terlalu banyak aku bercerita, mari kau lihatlah foto-foto
Kebun Raya ini beserta pose kami :P
Sejauh mata memandang yang akan kalian lihat
adalah pohon-pohon besar. Ada tiga pilihan untuk mengelilingi kebun raya ini,
naik sepeda yang bisa kalian sewa, naik mobil sendiri dan seperti kami bertiga,
jalan pakai kaki sendiri :D.
Hari itu panas terik, tapi tetap sejuuuukkk.
Kami berjalan riang kesana kemari. Kiri kanan pepohonan dan beberapa pasangan.
Hihihi. Padahal banyak nyamuk loh ya, kok mereka tahan duduk lama-lama :p Iya,
di beberapa titik yang kami singgahi untuk foto-foto, nyamuk nya buanyak. eiits,
waktu itu ada pasangan yang lagi foto pre-wedding juga. Ada keluarga kecil
dengan dua anak-anaknya yang lucu foto-foto
dengan background pohon-pohon guedee.
uni - ain
Aku suka
tempat ini. Karena kebun raya di pinggir jalan raya seperti ini tak ada
di kota asalku. Aku suka pohon-pohon besar dan udara sejuk.
Ternyata
capek juga jalan kaki. Besok-besok kalo kesini mending naik sepeda. Puas
foto-foto, keliling-keliling, kami akhirnya pulang. Kami bertiga berpikir untuk
nyetop bus lagi. Ets tapi pas bus mini lewat, dan bapak di dalamnya
teriak-teriak, “Malang Malaaang Malaaang” dan kami memilih itu.
“
Malang, berapa pak? “ Tanyaku.
“Maunya
berapa?” tanyanya balik.
“
Lima ribu !” Jawabku cepat.
“Yo
wess, ayooo! Kata si bapak kernet.
Mobilnya
masih kosong, nyaman pula. Kami duduk di jok paling belakang.
Bayangkan
, tadi pas pergi kami bayar tiga kali lipatnya. Padahal lima ribu saja tarif
normal Malang-Kebun Raya Purwodadi.
Tarif ini aku tahu pas lagi beli minum di samping loket masuk Kebun
Raya. Yaaah, kami “ditipu-tipu” , muka kami yang masih polos dan orang baru
cepat ketahuan di terminal pagi tadi.
Well, pengalaman pertama begitu berharga. Sampai bertemu kembali Kebun Raya Purwodadi. :)