Tiga Bulan Dua Minggu. Cerita
Bismillahirrahmanirrahim
Tiga
bulan dua minggu aku di sini tapi tak pernah aku bercerita tentang Malang.
Baiklah, aku akan bercerita. Tapi jangan bayangkan tentang Malang secara rinci.
Karena tak akan kau dapati di ceritaku ini. :D
google
Malang.
Sejuk. Dingin. Dan sekarang sudah masuk musim hujan. Aku sudah menunggunya. Menunggu bau tanah yang
basah karena hujan. Tiap sore sebelum matahari betul-betul pulang, hujan sudah datang.
Membasahi jalan-jalan yang selalu ramai dengan manusia-manusia juga besi-besi
bermesin dan beroda itu. Dan aku selalu bisa berlama-lama diam menikmati
titik-titik hujan yang rindu menyentuh tanah. Kupikir aku jatuh cinta dengan
kota ini.
Aku
jatuh cinta dengan sejuknya. 23 tahun aku hidup di bawah sinar dari matahari
yang kupikir lebih dari satu di kotaku, Palu, membuatku jatuh hati pada
kedatangan pertama di sini. Di pagi hari udara dan hawa nya yang lembut akan
bertahan sampai tengah hari, dan setelahnya matahari akan sedikit terik lalu
pelan-pelan sembunyi ketika jarum panjang jam masih ada di angka 6 dan jarum
pendek nya di angka 3. Singkat sekali. Lalu sejuk mendingin akan setia
mengantar matahari istirahat. Pulang.
Lalu
dengan pohon-pohon gagah di sini. Aku selalu seperti berada di surga. Terlalu melebihkan
mungkin. Tapi coba kau bayangkan kawan, udara sejuk dan di depan kedua matamu
pohon-pohon besar, dengan cabang-cabang kokohnya juga daun-daun rimbunnya juga
sedang menatapmu. Malang punya banyak pohon-pohon besar. Di kampusku, di tepi-tepi
jalan, di taman-taman. Ah. Subhanallah.
google
Wilis.
Pasar Buku Wilis. :D Aku suka tempat ini. Ketika anggaran buat beli buku sudah
terpakai untuk keperluan lain, dan aku ingin punya teman di kamar, Wilis lah
yang menjadi penolongku. Hanya jalan kaki lima menit dari kos-an. Dan dengan
uang dua belas-lima belas ribu , pulang aku bisa bawa satu novel (bajakan),
teman ku di kamar ketika bosan dengan
tumpukan-tumpukan tugas. Jatuh cinta pada sesuatu yang tidak baik. Hihihi.
Kamarku.
Kos-anku. Tapi aku memilih menyebutnya rumah. Ketika mama atau papa ku menelpon
“ Di mana nak?” maka dengan senang hati aku menjawab “ di rumah” bukan “di-kos”.
Rumah sederhana dua lantai enam kamar yang sangat-sangat nyaman. Jarang aku
merasa sumpek ingin pulang ke rumah di Palu. Kamarku ada di lantai bawah . Berdua
dengan kamar yang penghuninya belum balik dari daerahnya. Kamarku 8 x 9
setengah ubin. Lumayan untuk ukuran kamar kos-kosan. Kamar ku, tempatku merindu
papa mama adik nenek. Sahabat-sahabatku. Tempatku bermesra-mesraan dengan
buku-buku kuliah, novel-novelku. Tempatku belajar. Tempatku ketika diam
memikirkan apa yang sudah aku lalui seharian. Tempatku merenung. Menangis. Menulis.
Seperti sekarang ini. Kupikir aku akan
betah, dan suatu hari nanti aku akan sangat rindu dengan kamarku ini.
Aku
jatuh cinta dengan sederhana. Sesederhana doa-doa yang kusimpan, ucapkan,
nyata-kan di sini, di Malang. Hingga dua tahun ke depan. Untuk semua yang
pelan-pelan akan jadi kenangan.
jadi terinspirasi untuk menulis tentang kampung halamanku :)
ReplyDeletemalang.. suatu hari saya juga akan ke sana. aamiin
aamiin, bisa kopdar dunk :D
Delete