Friday, March 16, 2012

Ia (salah satu) yang berteman dengan kematian...

Waktu itu, saya lupa tanggal berapa tepatnya, saya melihatnya, di sana, dalam sebuah kotak 21 inch, diberi penghargaan sebagai ‘hero’ di acara favorit saya. Seorang wanita muda yang mencintai bangsanya, budayanya, dan tentunya hidupnya. Sosok yang sangat inspiratif.


Sinta Ridwan, 26 tahun. Siapa yang menyangka di balik mata dan senyum nya yang ceria, ia adalah seorang penderita lupus. Penyakit mematikan yang sampai hari ini belum diketahui obatnya. Sinta yang baru saja menyelesaikan kuliah S2 nya di jurusan  Filiologi Universitas Padjajaran ini  menganggap obat yang paling mujarab dari segala penyakit adalah rasa  bahagia. “Jadi kalau kita sakit, jangan dirasakan kalau kita sakit, tetapi kita  harus berpikir sesuatu yang menyenangkan dan terus tersenyum walaupun kita  sedang sakit,” ucapnya.

Dan ternyata perjuangannya melawan penyakit yang ia derita sejak tahun 2005 ini, telah melahirkan sebuah buku otobiografi “ Berteman Dengan Kematian “. Di buku ini, ia menceritakan bagaimana ia melawan lupus di tubuhnya. 


Untuk mengisi hari-harinya, ia berusaha untuk memberi manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Dan salah satu upaya untuk menjadikan hidupnya lebih bermakna bagi orang lain dan bangsa ini adalah dengan mengajarkan bagaimana membaca naskah kuno. Ini yang saya katakan tadi kalau Ia mencintai bangsa dan budayanya. Ketika kepala-kepala yang lain berpikir dan mengkaji tentang kemajuan jaman, tekhnologi dan peradaban, tetapi Sinta tak ingin melupakan sejarah bangsa dan budaya. Ia membuka kelas aksara kuno, di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung. Dari awal terbentuknya kelas ini, tercatat 200 orang yang pernah menjadi muridnya. Mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat umum. Ia mengatakan tujuan dibukanya kelas Aksakun ini (Aksara Kuno) adalah untuk manjaga dan melestarikan naskah-naskah kuno yang merupakan warisan masa lalu. “Tan hana muni tan hana nangke” yang artinya tidak ada masa lalu, maka tidak ada masa kini. Ia berpendapat bahwa , manusia haruslah tetap mengingat dan mencintai sejarah peradaban masa lalu, untuk kemudian belajar dari ‘kekeliruan’ para pendahulu dan membenahinya untuk menjadi lebih baik lagi di masa kini dan masa yang akan datang.


Kecintaannya terhadap sejarah dan naskah kuno mengalahkan rasa sakit yang dideritanya. Dan dengan keterbatasan fisiknya akibat lupus, Ia bercita-cita untuk mendirikan sebuah museum digital yang akan diberi nama Ensiklopedi Naskah Kuno. Ia beranggapan kalau selama ini orang-orang jarang membaca atau mempelajari naskah kuno karena sulitnya mengakses catatan-catatan masa lalu yang telah tersebar di seluruh nusantara. Harapannya dengan adanya museum digital tersebut, orang-orang tak akan lagi kesulitan mengetahui dan mempelajari sejarahnya.

Subhanallah, dengan penyakit yang ada di dalam tubuhnya, ia bersyukur, bukan hanya dengan ucapan, tapi juga perbuatan. Dan bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk orang-orang di sekitarnya, orang-orang di dunia. Dan, wajar jika malam itu, Ia di sana, di depan ratusan pasang mata mendapatkan sebuah ‘gelar’ hero. Hero untuk keluarganya, sejarah dan bangsanya. Semoga impiannya terealisasikan segera.



Saya percaya bahwa masih banyak Sinta Ridwan lainnya, yang menginspirasi hidup anda, hidup mereka dan hidup kita semua. Sangat bermanfaat bagi saya jika anda mau share tentang orang yang menginspirasi anda, yang menjadikan hidup ini lebih bermakna.

Thanx a lot, readers :D
*tulisan di atas adalah hasil blended tulisan saya dan artikel tentang Sinta Ridwan di kickandy website*

8 comments:

  1. Wah aku baru tau mengenai Sinta Ridwan.
    Sering denger namanya tapi nda tahu siapa hihi :D

    ReplyDelete
  2. wow, kadang ketika seseorang mengalami keterbatasan.. atau ketika sudah tahu bahwa ajal semakin mendekat, maka dia akan berusaha mengerahkan seluruh kemampuan terbaiknya menjadi seseorang yang bermanfaat bagi sesama ya

    ReplyDelete
  3. Selalu kagum sama orang2 yang punya keterbatasan fisik tapi punya semangat tinggi untuk hidup dan berbuat baik sama sekitarnya. Dulu di SMA aku pernah punya temen yang menderita Lupus juga, sakitnya sudah menyerang kaki sampai pinggang sampai lumpuh, tapi dia tetep semangat ke sekolah walaupun pakai kursi roda dan heran nya tetep masuk ranking 10 besar. tapi udah ga tau dimana dia sekarang :(

    ReplyDelete
  4. @Mb una : saya justru malah bru dengar, baru tau :D

    @abang yg merantau : yup. that's rite..

    @Bang Gaphe : Iy bang, pelajaran bgi kita yg msih sehat, ga harus nunggu sakit untuk harus bermanfaat bg sesama, makasih y bang, udah maen kesini :D

    @Mb Mila : :( wah, ternyata mb puny kenalan yg mnderita lupus jg, salut buat temennya... ga coba dicari tau info ttg tmannya mb? :(

    ReplyDelete
  5. walau serba terbatas tapi hidupnya jauh lebih berharga dari orang-orang yang dikaruniai kesehatan ya :') salut deeh

    ReplyDelete