Saturday, March 24, 2012

Untuk seorang Bapak


Kau tidak menyenangkan menurutku ...
Kau belum siap berdiri di depan sana, memberi ilmu mu untukku, untuk kami.
Kau belum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan kami yang tercipta karena kebingungan dari penyampaian yang kau berikan.
Kau banyak melakukan kesalahan.
Kau bahkan terus saja berbicara, padahal aku tahu mata mu masih berfungsi dengan baik untuk melihat kami yang bosan dan hanya berbagi cerita tanpa memperhatikan ilmu yang kau berikan.

Arrgh, aku tak suka. Ku sanggah penjelasanmu yang menurutku keliru. Dan mereka, teman-temanku, tahu maksudku. Ya, mereka tahu aku sedang menunjukkan ‘tidak suka’ ku. Lalu kau??? Kulihat raut wajahmu yang menahan sabar dan tetap tersenyum.
Kau tau ? aku senang. Aku merasa menang. Hey, Aku tahu apa yang kau tidak tahu.

Tak pernah serius aku mengikuti kuliah mu. Yang penting bagiku adalah daftar hadirku dan selebihnya 3 sks kuikuti dengan malas-malasan. Mungkin kau ingin ‘membalasku’, atau mungkin juga akibat semua sikap dan malas ku, aku mendapat C di mata kuliahmu.
Aku makin tak menyukaimu, Pak.

Kulanjutkan hari-hariku. Dan ternyata kau juga melanjutkan study-mu di kampus lain. Aku bersyukur, untuk hari-hariku tanpa nama mu tercantum sebagai pengajarnya. Kau seperti tak pernah ada bagiku. Dan setelah sekian lama, ketika tak ada lagi kuliah yang harus kujalani, kau juga rupanya telah kembali menjadi pengajar seperti dulu. Aku lebih bersyukur. Aku selamat.
Hingga akhirnya, Siang kemarin, syukurku , senangku menjadi rasa sesal. Dari sudut lorong kantor fakultas, aku melihatmu sibuk membawa tumpukan buku di kanan dan kiri tanganmu. Ku panggil nama mu, untuk kuserahkan undangan rapat yang dititipkan oleh temanmu. Kau tersenyum dan berterima kasih. Kau keluar dan kembali lagi. Kau masih sibuk. Dan aku juga, sibuk menghitung undangan yang belum ter-antar ke tujuan dengan peluh di keningku.

“ Hey, tahu tidak? Itu kesempatan buat kalian untuk silaturahmi dengan dosen-dosen yang lain” tiba-tiba kau sudah berdiri di depanku dan seorang temanku, sambil menunjuk ke arah amplop-amplop di tanganku. Ada senyum menyemangati di wajahmu. Kau menegurku, menghargaiku, meskipun statusku di bawahmu, kau memberiku semangat.
“ Iii..i...iii ya sih pak , alhamdulillah, sepertinya begitu” kataku sedikit heran tapi tak lupa kuselipkan tawa kecil untuk menutupi heranku.
Kau juga tertawa. “ Ok, silahkan melanjutkan, saya pulang duluan ya, soalnya saya mau ke morowali sore ini” pamit mu dengan tawa yang masih di wajah tulus itu.
“Iyaaa , paakk, hati-hati ” kataku mengantar sosok mu menghilang di balik pintu.



Aku hanya bisa terdiam. Apa yang kulakukan dulu, di awal kau memulai profesimu? Aku terlalu sombong dengan SEDIKIT ilmuku. Aku yang BODOH, tak melihat kebaikanmu. Aku selalu mengingat kelemahanmu, dan kau? Kau bahkan tak mengingat kasarku. Aku menyesal, aku malu dengan sikapku dulu.
Bertahun aku tak menghargaimu pak, tapi bahkan tak cukup 15 menit kau mengubah semuanya. Dulu aku memang tak merasa diajar olehmu, tapi kini, bangga aku akui kalau kau telah ajarkan aku  menghargai dan indahnya dihargai.
Maaf dan terima kasih. Mungkin itu tak cukup. Kau berharga, Pak. Dari seorang anak didikmu yang sungguh telah kau didik. Dan tiba-tiba aku ingin berada di kelasmu.

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway The Fairy and Me yang diselenggarakan oleh Nurmayanti Zain"

18 comments:

  1. kalau saja aku yg jadi juri kontesnya... Saya pilih cerita ini yg menjadi juaranya

    cerita nyata atau fiktif mbak? Sangat menyentuh

    ReplyDelete
  2. Wah, hehehee...
    nyata, bang :)
    terima kasih ya ... :)

    ReplyDelete
  3. @elfrida : iyaaa, makasiihhh y :D

    ReplyDelete
  4. kalau aku suatu saat nanti sebelum menikah aku punya satu keinginan untuk membahagiakan ayah aku yaitu memperbaikin rumah soalnya aku udah sering denger keinginan atau amanah tsb dari ayahu

    ReplyDelete
  5. Bangga jadi seorang laki-laki karena nanti akan menjadi bapak =)

    ReplyDelete
  6. Ehehe, untuk dosennya ya mbak?
    mirip sama pengalamanku waktu SMA.

    kadang2 ada pelajaran yang bisa kita petik hikmahnya
    setelah lama berlalu. :D

    ReplyDelete
  7. Dosennya killer ya unn? tapi baik kan heheh....

    Semoga sukses kontesnya Unni :)

    ReplyDelete
  8. @ Bang Andy :aamiin ,, semangaat y :D

    @Bang Uzay: yup, saya juga bangga jd perempuan :p

    @mbk nisa: iya, hehehe..
    betul skali, nyadarnya lamaaa :D

    @bang yg suka merantau: ga killer bang, justru sy yg killer, loh?? hehehee..iyyaaa , makasiih :D

    ReplyDelete
  9. Hihi dosennya ya...
    Aku juga sering ga suka sama dosen.
    Tapi ya udah ga menunjukkan rasa ga suka :p
    Biasa aja hehe
    Kalo dia ngasih nilai jelek ya udah wkwk, emang salahnya di aku berarti ahahaha~

    ReplyDelete
  10. wah... ini mah pengalaman pribadi, tapi bagus dech dari cerita masa lalu ada hikmah di dalamnya. Salam kenal. Kunjung juga ya keblog aku : http://musayadah.blogspot.com

    ReplyDelete
  11. @Mb' Una : iyya mbak, km sih bagus ky gitu,
    hiks, saya nya aj yang ga sopan dan ga tau diri :)

    @Mb Ida : iya, alhamdulillah. salam kenal juga mbk, makasih udah maen kesini,, ok insha allah , segera meluncuur...

    ReplyDelete
  12. MasyaAllah.. tentang seorang dosen ya~ jujur saja, saya juga pernah mengalaminya, mendapat dosen yang tidak kusenangi. Subhanallah tak semudah bayanganku ketika kini saya berada di posisi itu. Nice!

    --------------
    sudah terdaftar ya unni :)
    terima kasih atas partisipasina ya ^__^

    ReplyDelete
    Replies
    1. :) iya mbak , tentang dosen ...
      ^____^
      terima kasih jg ...

      Delete
  13. Sikap ramah, sebuah senyuman dan pengertian mampu melelehkan sikap egois.

    ReplyDelete
    Replies
    1. that's d point, bang :)

      makasih ya udah kesinii :)
      salam kenal :)

      Delete
  14. cerita yang sungguh menyentuh hati dan mengingatkan... sukses untuk giveawaynya ya mba... :)

    ReplyDelete