Wednesday, November 27, 2013

Tiga Bulan Dua Minggu. Cerita

Bismillahirrahmanirrahim

Tiga bulan dua minggu aku di sini tapi tak pernah aku bercerita tentang Malang. Baiklah, aku akan bercerita. Tapi jangan bayangkan tentang Malang secara rinci. Karena tak akan kau dapati di ceritaku ini. :D

google

Malang. Sejuk. Dingin. Dan sekarang sudah masuk musim hujan.  Aku sudah menunggunya. Menunggu bau tanah yang basah karena hujan. Tiap sore sebelum matahari betul-betul pulang, hujan sudah datang. Membasahi jalan-jalan yang selalu ramai dengan manusia-manusia juga besi-besi bermesin dan beroda itu. Dan aku selalu bisa berlama-lama diam menikmati titik-titik hujan yang rindu menyentuh tanah. Kupikir aku jatuh cinta dengan kota ini.

bukan Malang :p (mirip)

Aku jatuh cinta dengan sejuknya. 23 tahun aku hidup di bawah sinar dari matahari yang kupikir lebih dari satu di kotaku, Palu, membuatku jatuh hati pada kedatangan pertama di sini. Di pagi hari udara dan hawa nya yang lembut akan bertahan sampai tengah hari, dan setelahnya matahari akan sedikit terik lalu pelan-pelan sembunyi ketika jarum panjang jam masih ada di angka 6 dan jarum pendek nya di angka 3. Singkat sekali. Lalu sejuk mendingin akan setia mengantar matahari istirahat. Pulang.

Lalu dengan pohon-pohon gagah di sini. Aku selalu seperti berada di surga. Terlalu melebihkan mungkin. Tapi coba kau bayangkan kawan, udara sejuk dan di depan kedua matamu pohon-pohon besar, dengan cabang-cabang kokohnya juga daun-daun rimbunnya juga sedang menatapmu. Malang punya banyak pohon-pohon besar. Di kampusku, di tepi-tepi jalan, di taman-taman. Ah. Subhanallah.

google

Wilis. Pasar Buku Wilis. :D Aku suka tempat ini. Ketika anggaran buat beli buku sudah terpakai untuk keperluan lain, dan aku ingin punya teman di kamar, Wilis lah yang menjadi penolongku. Hanya jalan kaki lima menit dari kos-an. Dan dengan uang dua belas-lima belas ribu , pulang aku bisa bawa satu novel (bajakan), teman ku  di kamar ketika bosan dengan tumpukan-tumpukan tugas. Jatuh cinta pada sesuatu yang tidak baik. Hihihi.

Kamarku. Kos-anku. Tapi aku memilih menyebutnya rumah. Ketika mama atau papa ku menelpon “ Di mana nak?” maka dengan senang hati aku menjawab “ di rumah” bukan “di-kos”. Rumah sederhana dua lantai enam kamar yang sangat-sangat nyaman. Jarang aku merasa sumpek ingin pulang ke rumah di Palu. Kamarku ada di lantai bawah . Berdua dengan kamar yang penghuninya belum balik dari daerahnya. Kamarku 8 x 9 setengah ubin. Lumayan untuk ukuran kamar kos-kosan. Kamar ku, tempatku merindu papa mama adik nenek. Sahabat-sahabatku. Tempatku bermesra-mesraan dengan buku-buku kuliah, novel-novelku. Tempatku belajar. Tempatku ketika diam memikirkan apa yang sudah aku lalui seharian. Tempatku merenung. Menangis. Menulis. Seperti sekarang ini.  Kupikir aku akan betah, dan suatu hari nanti aku akan sangat rindu dengan kamarku ini.


Aku jatuh cinta dengan sederhana. Sesederhana doa-doa yang kusimpan, ucapkan, nyata-kan di sini, di Malang. Hingga dua tahun ke depan. Untuk semua yang pelan-pelan akan jadi kenangan.

2 comments:

  1. jadi terinspirasi untuk menulis tentang kampung halamanku :)
    malang.. suatu hari saya juga akan ke sana. aamiin

    ReplyDelete