Seorang ibu kaget ketika ia dipanggil ke sekolah berkaitan dengan perilaku anaknya yang masih berusia sepuluh tahun. Menurut sang guru, si anak mengalami kemunduran dalam berbicara dan bersikap, sehingga cenderung membuat kesal teman-temannya. Beberapa hari kemudian laporan senada juga diberikan oleh tetangganya, bahwa si anak telah mengejek anaknya sehingga mereka sempat saling pukul.
Tentu saja bagi si ibu hal itu merupakan masalah serius, ia berdiskusi dengan suaminya. Mereka sepakat untuk mengajak sang anak berdialog mengenai penyebab munculnya sikap yang tidak diharapkan baik di rumah maupun sekolah.
Awalnya, si anak hanya terdiam. Namun, ibu dan ayahnya terus meyakinkan bahwa ayah, ibu, juga gurunya di sekolah bermaksud membantu. Mereka tidak ingin sang anak bersikap yang menyebabkan orang lain tidak nyaman, karena hal itu hanya akan membuat dirinya tidak nyaman juga. Ketidakmampuan membangun hubungan sosial dengan teman dan lingkungan akan merugikan diri sendiri.
Si anak dengan tangisan sesal akhirnya berkata, “Aku berbicara kasar karena mengikuti teman-teman di sekitar rumah.” Rumah keluarga itu memang berada di lingkungan kampung yang terbiasa berbicara kasar, sedangkan orang tua mereka cenderung membiarkan.
Ibunya berkata, “Nah, kalau tahu penyebabnya dari anak-anak itu, apa yang harus dilakukan?”
“Aku jangan sering main dengan mereka,” ujar si anak. “Makanya bunda jangan sering pulang malam supaya pulang sekolah kita buat kegiatan di dalam rumah, jadi aku tidak main sama anak-anak itu,” tambahnya. Si anak juga menyarankan untuk tidak memakai jasa pembantu rumah tanggal, karena salah satu pengaruh buruk berbicara kasar juga datang dari dalam rumahnya sendiri, yaitu dari pembantunya.
Si ibu merenung, ia menyadari bahwa ia harus mengambil langkah yang cukup besar. Sebagai ibu tiga anak yang masih kecil, dan bekerja di luar rumah tentu tidak mudah. Ia pun memutuskan untuk bekerja setengah hari sekaligus tidak lagi menggunakan jasa pembantu rumah tangga.
Rencana pun disusun. Pergantian tahun baru Hijriah dijadikan momen yang tepat untuk melakukan perubahan. Si anak berkata bahwa ia akan membantu menyelesaikan pekerjaan rumah. Adik-adiknya pun dilibatkan, mereka berbagi tugas. Si anak bertugas menyiram bunga, mengepel lantai, serta sekali-kali ikut membantu memasak. Adik perempuannya yang berusia delapan tahun bertugas memasak nasi, menyapu lantai, dan menata meja makan. Sedangkan si kecil yang berusia 3 tahun diminta membereskan mainannya sendiri, menyimpan baju, dan piring kotor di tempatnya.
Hari-hari pun dimulai, tentu saja tak selalu mudah. Ada masa transisi dari kondisi sebelumnya yang biasa sering dibantu, menjadi serba dikerjakan sendiri. Namun, mereka semua bertekad untuk menghadapi semua konsekuensinya.
Seiring perjalanan waktu, si ibu kaget melihat begitu banyak perubahan. Karena banyak kegiatan di dalam rumah, si anak jarang bermain di luar. Si anak berbicara dan bersikap lebih baik, kemandirian, tanggung jawabnya lebih berkembang, bahkan ia menjadi lebih empati kepada orang tuanya karena melihat orangtuanya begitu kerja keras mengerjakan semuanya.
Si ibu pun makin menyadari bahwa tidak mungkin orang tua mengharapkan perubahan pada anaknya jika perubahan itu tidak dimulai dari diri mereka sendiri.*Ida S. Widayanti
Cerita di atas adalah copy-an dari artikel berjudul Perubahan Anak Perubahan Orang Tua, ‘Jendela Keluarga’ Suara Hidayatullah Edisi 09| XXIII | Januari 2011 ( Dehh, edisi lama ternyata ;) ).
Dari cerita ini pula, semakin jelas pelajaran yang saya dapatkan sebelumnya. Sehingga saya bisa sedikit menguraikan pelajaran-pelajaran itu ke 6 point di bawah ini.
1. Lingkungan bisa membentuk cara berbicara, cara berpikir, dan bahkan bisa membentuk kepribadian seseorang. Dalam kasus ini seorang anak 10 tahun. Ia menjadi kasar karena seringnya bermain dan bergaul dengan anak-anak di lingkungannya yang notabene memang berbicara kasar. Ini dikarenakan anak-anak yang memang sangat cepat menyerap dan meng-copy apa yang ia dengar dan lihat. Sangat dibutuhkan perhatian orang tua untuk memantau pergaulan dan tontonan anak.
2. Ya ! Orang tua. Orang tua lah yang harusnya menjadi tempat pertama bagi anak-anaknya untuk belajar. Dari anda lah harusnya anak mengetahui hal yang benar dan salah. Sehingga anak mempunyai bekal yang selalu ada dalam kepalanya ketika ia bertemu dunia luar, baik secara langsung ataupun melalui media yang sekarang semakin berkembang. Tanamkan secara baik-baik, alasan kenapa begini , begitu. Ingat, anak adalah titipan AllahSWT, ada pertanggungjawaban anda sebagai orang tua kelak.
3. Tanggung Jawab. Ternyata anak dapat dibekali tanggung jawab dari usia dini. Ajarkan bagaimana konsekuensi selalu ada di belakang apa yang ia perbuat. Dengan contoh-contoh yang mudah dimengerti tentunya. Sehingga ia bisa berpikir terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan.
4. Anak, bahkan anak kecil sekalipun adalah manusia yang dikaruniakan otak oleh Allah SWT, sehingga tak ada yang salah dengan mengajak anak berbicara, berdiskusi dan sharing dengannya. Jangan kunci hak anak untuk mengeluarkan pendapatnya. Tanamkan ke dalam pemikiran dan hati mereka bahwa anda selalu ada dan siap untuk menjadi pendengarnya, tentunya dengan tak lupa menanamkan cara menyampaikan yang baik dan sopan. Sehingga ketika ada kebingungan, kebimbangan, ataupun masalah, andalah orang yang pertama ia beritahu. Jadilah tempat curhat yang selalu menyamankan perasaan anak anda.
5. Bahwa memaksa anak untuk berubah ke arah lebih baik haruslah terlebih dahulu dimulai dari diri anda sebagai orang tua. “ Nak, udah jam 1o, tidur sana” .. “ Loh, papa juga belum tidur?saya juga donk”... waduh, maaf, ini pengalaman pribadi, hehehehe. Waktu kecil dulu papa sering menyuruh saya tidur duluan, sedangkan beliau masih belum tidur juga. Ya, kebanyakan anak mengikuti perilaku orang tua nya. “ Buah tak pernah jatuh jauh dari pohonnya kan?? Jadilah idola yang baik untuk anak-anak anda, contoh bagi mereka, andalah dulu yang pertama harus berubah, maka anda akan tersenyum bahagia dengan perubahan-perubahan dari anak anda.
6. Anak adalah anugerah yang terindah dari Allah SWT. Begitu pun sebaliknya. Jagalah anugerah terindah yang tidak semua orang miliki. Ketika anda jenuh terhadap sikap mereka, sabarlah dan cari cara penyelesaiannya, insha Allah selalu ada kunci untuk tiap masalah. Anak adalah surga orang tua, sebaliknya juga.Bukankah Doa anak shaleh lah yang tak akan pernah putus menolong orang tua nya kelak. Ingin anak shaleh kan ^_^ ? Jadilah orang tua yang shaleh. J
Sepertinya, sungguh nikmat menjadi orang tua. Bersyukurlah anda yang sudah diberikan kesempatan ini, dan saya yakin anda selalu mengucap syukur untuk karunia Allah ini. Untuk karunia dalam hidup yang selalu memanggil anda, ibu, mama, bunda, ayah, papa atau apapun panggilan malaikat-malaikat anda. Untuk senyum, tawa, dan tangis merengek meminta kepada anda, untuk pelukan, cium, dan langkah-langkah kecil mereka yang berlari menuju anda, surga mereka. Besarkan mereka dengan cinta kasih Sang Maha Pengasih, sehingga mereka pun menjadi surga anda, aamiin ya Rabbal alaamiin.
Mohon maaf, saya memakai ‘anda’ , bukan ‘kita’. Bukan maksud saya untuk mengajarkan atau menggurui hanya saja status saya yang belum menjadi orang tua, sehingga tulisan di atas terlahir dari sudut pandang saya pribadi, dan juga status saya sebagai anak yang selalu bersyukur bisa dititipkan kepada orang tua yang selalu mengajarkan saya. Semoga esok saya juga bisa mengamalkan apa yang sudah saya tulis ini, sehingga ia tak hanya menjadi kata-kata tak berguna, tak bermakna. Dan semoga esok saya juga bisa menjadi orang tua yang kelak bersama-sama dengan anda,orang tua anda, anak anda keluarga anda dan juga tentunya anak saya, orang tua dan keluarga saya, yaa kita semua bersama-sama di surga, insha Allah . Aamiin.
Semoga bermanfaat ! ^_^
:D
ReplyDeletejdi pen gen cepet punya anak
aamiinn ... ;)
ReplyDeletesupaya surga nya tambah dekat ... :)
Dear unni, postingan yg bagus sekali :)
ReplyDeleteterima kasih membaginya disini....
Alhamdulillah sebagai bunda saya dirumah dan memiliki byk wktu bersama buah hati tercinta :)
alhamdulillah ,
ReplyDeletesenanngnyaaa,, mb irma dkasih nikmat jd seorang bunda yang punya banyak waktu untuk anak :)
salam buat buah hatinya y, hhehee ^_^