Friday, July 27, 2012

Ini Tentang Rindu Menjadi Seorang Pendidik

Lagi, saya duduk diam dan mengingat hari-hari yang pernah terlewati dengan berdiri di depan berpasang-pasang mata dan telinga yang menyimak apa yang saya sampaikan. Mungkin saya sedang rindu dengan aktivitas itu. Bukan mungkin. Karena memang saya selalu rindu.

Rindu untuk ‘bercerita’ , melihat antusias mereka dan mendengar mereka bertanya segala hal. Ijinkan saya untuk bercerita kepada anda yang ikhlas untuk ‘singgah’ di blog saya ini. Tentang rindu. Mungkin dengan begini anda bisa membantu saya untuk menyeduh rindu ini.

Hmm, Bulan April 2010 kemarin, untuk memenuhi kebutuhan finansial dan mencari pengalaman, saya melamar kerja di salah satu lembaga kursus bahasa inggris khusus anak-anak di kota saya. Alhamdulillah, diterima. Ini berarti, Tuhan memberikan saya kesempatan untuk menjadi seorang pengajar. Waktu itu saya masih duduk di semester IV. Pagi hingga siang, saya kuliah dan sore, mulai jam 14.30-18.30 saya melaksanakan tugas, mengajar anak-anak usia TK-SD untuk berbahasa Inggris.


Alhamdulillah, saya sangat suka anak-anak.  Mereka polos, lucu dan menggemaskan. Awalnya saya berpikir, mengajar mereka akan bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Materi nya kan mudah, saya sudah hapal di luar kepala. Tapi, kenyataannya tak semudah yang saya bayangkan. Saya meng-handle tiga kelas dan harus menghadapi karakter masing-masing anak yang berbeda. Ada anak yang aktif, pendiam, cuek, pencemburu, dan bahkan ada yang pemberontak. Waduuh. Heheee. Dan  belum lagi, ada yang sangat-sangat (maaf) lemah daya tangkapnya. Ini tantangan buat saya. Butuh ilmu dan kesabaran ekstra menjalani tugas ini.

Kadang mereka semangat 45 untuk belajar dan ‘bersaing’ dengan sesama mereka untuk menjawab pertanyaan saya, kadang juga mereka malas-malasan karena lelah setelah belajar di sekolah. Sementara saya, ingin mentransfer materi dan berharap mereka bisa menangkapnya dengan baik. Ini membuat saya berpikir. Bagaimana caranya?

Merenung dan Flashback. Dulu, jaman sekolah dan sampai kuliah kemarin, saya selalu akan betah belajar dan mendengarkan penjelasan dari guru kalau guru tersebut datang dengan senyum ikhlas, mengajar dengan baik tanpa pemaksaan, ekspresif, santai, tak menakutkan dan bisa memposisikan diri sebagai teman untuk sharing tanpa harus ‘merendahkan’ dirinya dan bisa memberikan saya bimbingan dan motivasi untuk terus semangat belajar! Dan ternyata tipikal guru yang seperti ini menjadi favorit banyak siswa. Eiitss, bukan hanya guru nya, mata pelajaran yang dibawakan pun akan menjadi hal yang ditunggu-tunggu.


Dalam hati, saya pun ingin menjadi  pengajar yang disenangi seperti itu. Pengajar yang bukan hanya mengajar, bla bla bla, sampai akhir jam belajar , dan yah selesai. Saya tak ingin seperti itu. Saya juga ingin bisa membimbing, memotivasi dan mendidik murid-murid kecil saya, agar tak sia-sia waktu yang kami gunakan di dalam kelas. Pun saya ingin melihat semangat dan tawa mereka ketika belajar bersama saya.


Pelan-pelan saya mendekati mereka, selalu ekspresif, dan bahkan kadang saya ‘berubah’ menjadi anak seumuran mereka, serta berusaha menjadi teman cerita atau pun mengeluh. Menyediakan senyum manis ketika bertemu, dan tetap menyisipkan muka tegas ketika mereka kelewatan di dalam kelas. Tak hanya belajar, bermain, dan bernyanyi (hal wajib dari kurikulum lembaga) kadang saya membebaskan mereka untuk bercerita tentang apapun yang ingin mereka ceritakan, entah itu nyata atau imajinasi , ah senyum saya selalu tercipta karena mereka.



Saya sangat menikmati waktu yang saya habiskan tiap sore dengan murid-murid kecil saya. 1 tahun menjalani pekerjaan ini. Beberapa bulan terakhir saya menyadari kalau akhirnya saya adalah seorang ‘ma’am yuni’  yang juga bisa menjadi teman bercerita ataupun tempat bermanja mereka. sesuai dengan keinginan saya, alhamdulillah. Tapi kemudian saya akhirnya harus berhenti mengajar di semester 6 perkuliahan. Saya harus fokus ke kuliah , penyusunan proposal dan skripsi. Ah, ketika itu saya selalu rindu. Rindu karena telah jatuh cinta dengan profesi mulia ini.

Di semester 7, Waktunya KKN untuk mahasiswa FKIP se-angkatan. Ternyata saya bisa kembali menjadi seorang ‘guru’. Kita mahasiswa harus turun ke desa yang telah ditentukan dan mengabdi selama 3 bulan di sekolah yang juga sudah ditentukan sebagai mahasiswa praktek. Dan kali ini, ternyata saya harus mengajar dan mendidik murid-murid SMA Negeri. Waduh, sepertinya tanggung jawab saya berat eeuy.  Alhamdulillah, dapat ‘jatah’ mengajar bahasa inggris di kelas X,  XII IPA  dan XII IPS.  Di kepala saya langsung muncul bayangan-bayangan anak-anak SMA yang susah diatur, memandang remeh kepada mahasiswa praktek  dan bahkan mungkin melawan.

Tibalah waktunya menuai pengalaman. Alhamdulillah, saya tak terlalu canggung berada di depan kelas. Mungkin karena pengalaman ketika menjadi guru di tempat kursus dulu, dan juga bekal dari bangku kuliah.  Pertama kali masuk ke kelas yang saya handle ,murid-murid nya sangat manis. Berebutan sahut menyahut untuk sekedar mencari perhatian kakak kakak mahasiswa. Sepertinya aman-aman saja, pikir saya. Berlanjut ke hari-hari berikutnya, dan ternyata apa yang saya bayangkan, akhirnya jadi kenyataan. Saya harus berhadapan langsung dengan anak-anak yang kata orang sedang mencari jati diri, yang ego nya jauh tinggi dibandingkan kesadarannya. Terhadap Guru asli saja mereka berani membantah, dan bahkan (maaf) kurang sopan, apa tah kami mahasiswa-mahasiswa praktek. Mungkin mereka akan membuat kami menjadi musuh.

Kalau lagi mengajar, sering saya dibuat geleng-geleng kepala sendiri melihat kelakuan beberapa dari mereka.  Menegur yang di sini, yang disana lalu ribut. Menegur di sana, yang di sini mulai lagi. Bahkan, pernah ketika saya dengan satu orang teman  mengajar di kelas XII IPA, teman saya ini dibuat menangis oleh salah satu murid di kelas tsb. Saat itu saya juga emosi melihat kelakuan murid itu. Sempat terpikir untuk berhenti mengajar di kelas tersebut. Tapi, itu artinya saya menyerah lalu gagal untuk menjadi seorang pengajar dan pendidik. Tidak, saya tak ingin gagal. Saya tulus ingin membagi ilmu, tulus ingin mendidik mereka. Kembali otak saya bekerja, apa yang harus saya lakukan!


Dilihat dari segi umur, murid-murid itu kurang lebih 5 tahun di bawah saya. Tak terlalu jauh. Saya berpikir, ini kesempatan saya untuk menjadi kakak yang baik (habisnya adik saya cuma 1 dan jarak nya berdekatan, jadi hanya seperti teman saja..hehee.) Saya pun menganggap mereka seperti adik sendiri. Saya ‘merangkul’ mereka ketika tak berada di dalam kelas. Dan di dalam kelas, saya berusaha menciptakan suasana santai, nyaman, tapi tetap tegas. Menyampaikan materi se-simple mungkin dan mencari pengandaian yang mudah untuk mereka pahami. Tak jarang mereka berhasil membuat saya senyum plus tertawa karena celetukan-celetukan konyol khas anak sekolahan,  tapi lalu saya dibuat  kagum oleh semangat mereka.


Pernah, di suatu kesempatan setelah saya selesai mengajar, saya bercerita dengan beberapa murid di kelas XII IPS. Mereka senang bertanya, “bagaimana rasanya jadi mahasiswa kakak?” , “Berapa lama KKN”, “Habis KKN, trus apa lagi?” “Kalau sudah wisuda, kakak langsung jadi guru?”. Ah, Kadang mereka seperti murid-murid kecil saya dulu. Begitu semangat, begitu ingin tahu. J Dan Disitu saya tahu kalau beberapa murid laki-laki di kelas tsb, harus bekerja sebagai buruh pelabuhan sepulang sekolah. (Ya, pelabuhan di kota saya dekat dengan sekolah mereka) Untuk apa?  Untuk membayar uang Les tambahan menjelang UN kelas XII. Ya Tuhan, saya memandangi mata mereka. Begitu besar pengorbanan mereka untuk menjadi anak sekolah, menjadi anak didik negeri ini. Jangan padamkan semangat mereka. Balas perjuangan dan pengorbanan mereka ya Rabb. aamiin. 


3 bulan yang penuh dengan warna, cerita , tawa, senyum dan bahagia. Tak henti-henti saya bersyukur karena  bisa menyelesaikan tanggung jawab sebagai seorang pengajar dan (insha allah) pendidik dengan baik.  Dan juga syukur atas nikmat kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT untuk menjadi seorang  yang bisa berbagi ilmu, pengalaman dan motivasi. Bahagianya saya. 


Sampai sekarang, setelah kuliah saya selesai, harapan saya untuk bisa menjadi pengajar, menjadi pendidik selalu ada, bahkan semakin kuat.  Jalan untuk 'kesana' pun semakin dekat. Tak mudah, tapi insha allah bukan tak mungkin. 


 Suatu hari , tak lama dari ketika saya menulis ini, rindu saya pasti terjawab oleh Nya. Ya Rabb, kuatkan saya untuk terus berusaha, mengejar rindu saya, untuk masa depan banyak anak bangsa. Ijinkan saya untuk menjadi pendidik. Semoga. Aamiin. 





Tulisan ini disertakan dalam Lomba Blog Sampoerna School of Education “Menjadi Pendidik”

15 comments:

  1. wah, semoga sukses dengan lombanya.. :)

    ReplyDelete
  2. waktu kuliah dulu sy juga pernah setahun ngajar Un, tp privat dn materinya cuman matematika saja. itu pun sudah sangat luar biasa menghadapi anak2 dg mood tak stabil. hihi

    well, semoga sukses yah dg kontesnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin :D

      iya mbak Syam, kita mesti pintar2 mhadapi tiap anak , :D
      wah, matematika yaaa... susah -__- :D

      Delete
  3. Many people around the blog follow this competition, gud luck 4 u

    ReplyDelete
  4. kalau saya merasa belum siap menjadi seorang pendidik. semoga tulisannya menang :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hhee :D kmu siapnya jadi yg lain :D
      aamiin..makasih ya :)

      Delete
  5. wahaha, kalo anak didiknya umur 5 tahunan, jauh bener dong ama kamu Ni, kalo gak salah beda 25 tahun kan.. muehehehehe
    eniwei, gua doakan semoga segala jalan dan niatnya untuk jadi pengajar tercapai .. gue juga pernah ngajar Ni, ngajar itu enak dan "memuaskan hati" hehe

    oh, buat dilombain juga tulisannya ya..
    semoga menang ..
    amin amin.. hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. weiiittsss, akuu gaaa setuaaaa itu, kakaaaaaa :(

      aamiinn :D iya, ada kepuasan hati klo bisa ngajar :D

      aamiin lagi ..
      Makasih ya Esra :)

      Delete
  6. Smoga bisa menjadi pendidik yang profesional... (smoga sy juga bisa)

    Smoga bisa menang jg lombanya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin kakaaa Ditoooooo :p

      weits, so boleh pasang foto, deng fara kalo perlu :D

      Delete
  7. Sudah mangkalee,

    Eh, follow saya jg...

    ReplyDelete
    Replies
    1. waniii pirooo ? dimana ko pasang fto mu ber2?????

      Delete
  8. unni ketempat chika aja lagi butuh guru ehehee

    sukses kontesnya ya^^

    ReplyDelete